Mau berbagi kisah tentang tragedi bencana akhir2 ini
Tetangga saya sudah sejak hari minggu ini kebanjiran tamu. Garasi yg hanya muat satu mobil, kedatangan 3 mobil tamu yg terpaksa harus diparkir di lapangan bulutangkis komplek lingkungan tempat tinggal saya. Seiring dengan kedatangan tamu tersebut, tetangga saya jadi jarang berada di rumah. Semalam kebetulan pas ketemu nonkrong di warung rokok
, sang tetangga (sebut saja pak Ismet) datang ke warung dengan wajah letih. Selidik punya selidik, ternyata sang tamu adalah kerabat dan keluarga kawannya dari yogya yang saking paniknya ikut saudara pak ismet itu mengungsi ke jkt, padahal kampungnya sebenarnya lebih dekat arahnya dari yogya, yaitu malang. Kebetulan mereka satu kantor dan tinggal tak begitu jauh, tepatnya di jl. Kaliurang.
Jumat kemarin pas letusan Merapi pada kamis malam, saudara pak ismet memang memutuskan ke jakarta, tak hanya mengungsi, mereka itung2nya liburan. Tapi temannya itu mengalami pengalaman buruk ketika menghindar dari kejaran awan panas saat hendak menjemput kerabatnya di daerah cangkringan. Temannya itu stres berat dan istrinya memutuskan utk menelepon saudara pak ismet itu yg kebetulan berencana ke jkt. Dan akhirnya mereka janjian di Tegal utk sama2 ke jkt.
Selama di jkt pak Ismet tak hanya jadi tuan rumah yg menyediakan tempat menginap saja, tp beliau berinisiatif utk menganggap kedatangan tamu2nya utk berlibur, terutama utk anak2. Diajaklah mereka ke taman safari, bogor, ancol dan dufan. Tak hanya berlibur, pak Ismet berencana membawa teman saudaranya itu ke psikiater, karena di jakarta ia lebih banyak mereneung dan menangis.
Itu cerita tetangga saya. Teman kantor saya yg baru dari Mentawai menjadi relawan yg mengantar bahan bantuan yg didisribusikan kantor saya, menceritakan bagaimana ia dan rekan2 lainnya harus selalu bertaruh nyawa melawan ombak besar di sekitar kepuilauan mentawai setiap kali mengantar bahan bantuan menuju lokasi bencana. Biasanya ia tahan 1 bulanan di lokasi bencana (seperti bencana di padang kemarin), tapi kemarin "hanya" kuat 2 minggu.
Belum lagi cerita driver kantor yg minta aplusan setiap 3 hari saat mengantar kru dari kantor bertugas di sekitar Merapi kemarin karena ga kuat sama pekatnya debu Merapi yg membuat mereka batuk dan sesak nafas. Padahal tugas luar kota selalu jadi dambaan mereka (para driver dan security)
Mudah2an bencana ini tidak cuma menyisakan cerita pedih, tapi ada hikmah di dalamnya. Tak hanya selalu mengingat pada Kekuasan Tuhan, kita juga harus dekat dan sayang pada alam sekitar. Termasuk kesadaran kita akan pentingnya menjalankan hobi kita di reef ini, sehingga kita bisa lebih bertanggung jawab memelihara peliharaan kita.
Salam