Hobbi Akuarium Air Laut dan Permasalahan yang ada

reef

Administrator
Staff member
Dear Member RF,

Belakangan ini ramai akan pembahasan mengenai hobbi kita di sosial media maupun media berita. Kalangan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan menyerukan untuk menghentikan pengambilan koral untuk diperlihara dalam akuarium. Muncul video pesan dari Ibu kita Ibu Susi Pudjiastuti yang menyerukan seberapa buruknya keadaan laut kita dan hobbi kita yang menurut beliau merusak. Walaupun video tersebut sekarang dihapus oleh pihak Kementerian, muncul sautan-sautan dari LSM Pandu Laut bentukan Ibu Susi Pudjiastuti yang menyerukan hal yang sama.

Hingga hari ini, sejak tanggal 3 Mei 2018 Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan menghentikan pelayanan Surat Kesehatan Ikan atau Health Certificate tanpa adanya penjelasan dari pemerintah untuk masyarakat. Tanpa Health Certificate berarti koral yang dikirim dari daerah ke Jakarta atau kota-kota lain menjadi illegal dan pengirim atau pun penerima dapat dipidanakan. Salah satu alasan yang disebutkan oleh BKIPM adalah bahwa manajemen komoditas koral belum diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Apakah ini akhir dari Hobby ini?
Apakah hobby akuarium air laut benar merusak?
Tidakkah upaya hobby ini dalam meneliti dan mengembang biakkan koral (fragging) di akuarium bermanfaat?
Apakah hobby ini tidak membantu mensosialisasikan keindahan bawah laut dan mengembangkan pengetahuan mengenai koral untuk orang awam?
 
Last edited:

reef

Administrator
Staff member
Lanjutan..

Mungkin belum ada perkembangan tentang permasalahan yang ada, tetapi sebelum kita menuntut atau pun memohon adanya perkembangan yang baik mengenai permasalahan ini, apakah tidak sebaiknya kita semua menggunakan waktu atau kejadian ini menjadi kesempatan untuk introspeksi dan memperbaiki diri?

Kita? Siapa kita dalam hal ini?

Semua, semua kalangan yang bergerak dalam hobby ini, baik tergabung atau pun tidak tergabung dalam komunitas RF.
  1. Yang memperdagangkan koral atau pun peralatan pendukungnya, tanpa terkecuali pedagang lokal atau pun eksportir.
  2. Hobbyist pemula yang terus berusaha dalam hobby ini.
  3. Hobbyist Senior yang tidak aktif dalam komunitas
  4. Penonton atau Penggembira hobby ini.
Tidak perlu disebutkan satu per satu kesalahan tetapi mari kita melakukan introspeksi, perubahan sebelum kondisi semakin terpuruk. Lakukan kegiatan-kegiatan hobby yang tidak melawan hukum atau pun merusak lingkungan. Contohnya dengan tidak memelihara kerang kima, atau pun memelihara dengan tidak bertanggung jawab. Hentikan penyelundupan atau tidak mendukung perdagangan koral hasil selundupan.

Apa bila semua ini dilakukan, hobby akuarium air laut bisa sangat ramah lingkungan dan mempromosikan koral ke masyarakat umum agar koral dapat dikenal dan disayangi. Hobby ini menjadi crowd-research atau open source-research untuk mengenal dan lebih menguasai bagaimana mereproduksi koral untuk menjaga keberlangsungan koral di alam apa bila faktor lingkungan/alam menjadi masalah di habitatnya.

Kapan kita akan mulai?
 

rheinhard

Super Moderator
Staff member
Yang jadi permasalahan, banyak hobies yang tidak mau belajar dengan mencari ilmu di forum. Kasarnya like hunter di facebook

Akhirnya menjadi hobies yang tidak bertanggung jawab dengan mengorbankan biota.


Intinya be a responsible reefer itu susah jaman sekarang ini. Semua karena itu tadi, jempol hunter di facebook.
 

Cliff Fabian

New Member
Moment ini juga menjadi pelajaran berharga bagi banyak pelaku Akuarium Air Laut, khususnya kita yang di Indonesia. Memang perlu diakui dengan jujur, selama ini kita tidak terlalu perduli dengan exploitasi ikan hias dan koral laut. Usaha pembiakan ikan hias laut secara profesional yang dilakukan orang Indonesia sendiri kurang sekali dilakukan, baik dalam skala penelitian maupun komersial. Begitu pun fragging koral belum banyak dilakukan di tingkat komersial, untung saja sudah banyak perorangan yang melakukannya.
Mentang-mentang sumber daya ikan dan koral kita sangat melimpah, betul betul sangat melimpah. Bahkan di sekitaran daerah saya banyak penduduk membangun rumahnya dengan dasar dari koral (hard).
Saya mengharapkan Kementerian Kelautan dan Kementerian Lingkungan Hidup mau menata kembali peraturan cara exploitasi ikan hias dan koral laut, khususnya bagi pelaku komersial. Karena sumber pertama komoditi ini bisa ada di pasaran berasal dari para pelaku komersial. Pelaku komersial selanjutnya memberikan arahan kepada para nelayan/pengumpul di lapangan.
Saya adalah pelaku komersial yang berdomisili di Sulawesi Utara, salah satu surganya sumber ikan hias dan koral. Pada akhir tahun 90an dengan tidak sengaja teman teman saya memindahkan habitat baru Banggai Cardinal (capungan) dari perairan Luwuk (Banggai) ke selat Lembeh, Bitung Sulawesi Utara. Sehingga saat ini Pteropogon Kauderni tersebut berkembang biak juga di selat Lembeh. Mereka membawa puluhan ribu ekor capungan dan terlepas dari penampungannya di selat Lembeh. 3-4 tahun kemudian koloni capungan di selat Lembeh berkembang berlipat ganda.
Begitu juga dengan teknologi coral fragging. Saya meneliti dari rekan rekan di luar negeri yang melakukan fragging, pertumbuhan koral mencapai 14 mm per bulan. Fragging dari ukuran 3 inch, 24 bulan kemudian mencapai diameter 14 inch.
Saya menulis ini untuk mengatakan bahwa SEBENARNYA perkembang biakan ikan hias laut dan koral laut sangat cepat jika kondisi air dan alamnya cukup ideal. Saya pernah membaca bahwa koral bertumbuh 0,01 mm per tahun, saya rasa sumbernya kurang dapat dipercaya. Koral adalah binatang, yaitu koral yang menjadi penghias akuarium air laut, sebagai binatang mereka mampu berkembang biak secara cepat. Bahkan sebagian besar koral dapat berkembang biak dengan pembelahan/cloning, selain dengan bertelur. Sebagian kecil saja dari tubuhnya diambil bisa tumbuh persis sama dengan induknya. Ini yang teman teman lakukan dengan cara fragging (fragmentasi koral). Koral bertelur setahun sekali selama bulan purnama.

Saya ingin usulkan kepada pihak penguasa dalam hal ini pemerintah untuk mengkaji ulang peraturan pelarangan exploitasi koral Indonesia dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Indonesia mempunyai keaneka ragaman koral yang notabene adalah binatang laut, terkaya dan terbanyak di dunia. Demikian pula berlaku untuk ikan hias air laut.
2. Komoditi koral sangat diminati di negara negara maju sebagai komponen utama akuarium laut, selain berfungsi untuk penghias juga berfungsi untuk rileksasi dan penghilang stress. Google membangun ruang rileksasi bagi programmer dan karyawannya dengan menghadirkan akuarium akuarium air laut yang besar di ruang peristirahan mereka. Para Psycholog setuju bahwa akuarium dapat menjadi terapi ampuh untuk menghilangkan stress, penyakit utama dunia saat ini.
3. Akuarium laut menjadi pilihan utama untuk memelihara hewan peliharaan di rumah dibandingkan hewan peliharaan lainnya. Karena dengan equiptment yang memadai akuarium dapat ditinggalkan berhari hari tanpa penjagaan. Hal ini berlaku terutam di masyarakat modern yang tinggal di apartemen.
4. Dengan regulasi dan pengawasan yang tepat, Indonesia akan tetap menjadi exportir ikan hias dan koral laut terbesar di dunia. Yang tentunya berimbas langsung pada income pengusaha dan masyarakat pesisir pantai.
5. Perlu adanya regulasi, pengawasan dan pembinaan untuk membudi dayakan ikan hias dan koral laut. Ora farm di USA sudah dapat membudi dayakan sekitar 120 species ikan hias laut. Mereka melakukannya di kepulauan Marshall di pasifik. Sementara untuk koral, hanya koral hasil budi daya (fragging) yang diijinkan untuk diperdagangkan baik di dalam maupun di luar negeri/export. Pelaku budi daya atau farmer mendapat kuota pengambilan induk koral dari laut yang ditetapkan jumlah dan jangka waktu pengambilan.
6. Sekali lagi perllu ditekankan, bahwa perkembang biakan ikan hias laut di pesisir pantai cukup pesat jika kondisi pantai/air cukup terjaga. Demikian juga dengan pertumbuhan koral, walaupun tidak secepat ikan. Para pelaku hobi akuarium laut di berbagai penjuru dunia boleh menjadi saksinya. World Wide Coral dalam salah satu video YouTube nya menunjukan salah satu akuarium dengan panjang 5 m sudah disesaki koral dengan diameter antara 30-60 cm, 5 tahun sebelumnya ditanami frag berukuran 1 inch (2 cm). Selain itu banyak Youtuber merekam pertumbuhan koralnya dalam kurun waktu 24 bulan yang menunjukan pertumbuhannya jauh dari hanya 0,01 mm per tahun.
7. Terakhir, tendensi berkurangnya populasi biota laut faktor utamanya adalah perubahan iklim secara global dan pertumbuhan modernisasi masyarakat pesisir pantai. Pulau Bunaken tiap tahun mengalami degradasi pertumbuhan biota laut bukan karena di panen orang namun karena pesisir pantai sudah tercemar dengan tourisme dan sampah dari pantai Manado. Beberapa tahun lalu Great Barrier Reef di Australia hampir 40% koralnya mati (bleaching) karena pemanasan global.

Demikian pendapat saya setelah menggeluti dunia ikan hias dan koral selama lebih dari satu dekade dan mengikuti secara aktif perkembangan trading dan teknologi di berbagai belahan dunia. Kiranya rekan-rekan yang lebih berpengalaman dan mempunyai pemikiran lebih luas dapat menambahkan atau pun mengkritik tulisan saya ini.

Semoga bermanfaat bagi kita semua...Merdeka
 

Nemo 24

New Member
Moment ini juga menjadi pelajaran berharga bagi banyak pelaku Akuarium Air Laut, khususnya kita yang di Indonesia. Memang perlu diakui dengan jujur, selama ini kita tidak terlalu perduli dengan exploitasi ikan hias dan koral laut. Usaha pembiakan ikan hias laut secara profesional yang dilakukan orang Indonesia sendiri kurang sekali dilakukan, baik dalam skala penelitian maupun komersial. Begitu pun fragging koral belum banyak dilakukan di tingkat komersial, untung saja sudah banyak perorangan yang melakukannya.
Mentang-mentang sumber daya ikan dan koral kita sangat melimpah, betul betul sangat melimpah. Bahkan di sekitaran daerah saya banyak penduduk membangun rumahnya dengan dasar dari koral (hard).
Saya mengharapkan Kementerian Kelautan dan Kementerian Lingkungan Hidup mau menata kembali peraturan cara exploitasi ikan hias dan koral laut, khususnya bagi pelaku komersial. Karena sumber pertama komoditi ini bisa ada di pasaran berasal dari para pelaku komersial. Pelaku komersial selanjutnya memberikan arahan kepada para nelayan/pengumpul di lapangan.
Saya adalah pelaku komersial yang berdomisili di Sulawesi Utara, salah satu surganya sumber ikan hias dan koral. Pada akhir tahun 90an dengan tidak sengaja teman teman saya memindahkan habitat baru Banggai Cardinal (capungan) dari perairan Luwuk (Banggai) ke selat Lembeh, Bitung Sulawesi Utara. Sehingga saat ini Pteropogon Kauderni tersebut berkembang biak juga di selat Lembeh. Mereka membawa puluhan ribu ekor capungan dan terlepas dari penampungannya di selat Lembeh. 3-4 tahun kemudian koloni capungan di selat Lembeh berkembang berlipat ganda.
Begitu juga dengan teknologi coral fragging. Saya meneliti dari rekan rekan di luar negeri yang melakukan fragging, pertumbuhan koral mencapai 14 mm per bulan. Fragging dari ukuran 3 inch, 24 bulan kemudian mencapai diameter 14 inch.
Saya menulis ini untuk mengatakan bahwa SEBENARNYA perkembang biakan ikan hias laut dan koral laut sangat cepat jika kondisi air dan alamnya cukup ideal. Saya pernah membaca bahwa koral bertumbuh 0,01 mm per tahun, saya rasa sumbernya kurang dapat dipercaya. Koral adalah binatang, yaitu koral yang menjadi penghias akuarium air laut, sebagai binatang mereka mampu berkembang biak secara cepat. Bahkan sebagian besar koral dapat berkembang biak dengan pembelahan/cloning, selain dengan bertelur. Sebagian kecil saja dari tubuhnya diambil bisa tumbuh persis sama dengan induknya. Ini yang teman teman lakukan dengan cara fragging (fragmentasi koral). Koral bertelur setahun sekali selama bulan purnama.

Saya ingin usulkan kepada pihak penguasa dalam hal ini pemerintah untuk mengkaji ulang peraturan pelarangan exploitasi koral Indonesia dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Indonesia mempunyai keaneka ragaman koral yang notabene adalah binatang laut, terkaya dan terbanyak di dunia. Demikian pula berlaku untuk ikan hias air laut.
2. Komoditi koral sangat diminati di negara negara maju sebagai komponen utama akuarium laut, selain berfungsi untuk penghias juga berfungsi untuk rileksasi dan penghilang stress. Google membangun ruang rileksasi bagi programmer dan karyawannya dengan menghadirkan akuarium akuarium air laut yang besar di ruang peristirahan mereka. Para Psycholog setuju bahwa akuarium dapat menjadi terapi ampuh untuk menghilangkan stress, penyakit utama dunia saat ini.
3. Akuarium laut menjadi pilihan utama untuk memelihara hewan peliharaan di rumah dibandingkan hewan peliharaan lainnya. Karena dengan equiptment yang memadai akuarium dapat ditinggalkan berhari hari tanpa penjagaan. Hal ini berlaku terutam di masyarakat modern yang tinggal di apartemen.
4. Dengan regulasi dan pengawasan yang tepat, Indonesia akan tetap menjadi exportir ikan hias dan koral laut terbesar di dunia. Yang tentunya berimbas langsung pada income pengusaha dan masyarakat pesisir pantai.
5. Perlu adanya regulasi, pengawasan dan pembinaan untuk membudi dayakan ikan hias dan koral laut. Ora farm di USA sudah dapat membudi dayakan sekitar 120 species ikan hias laut. Mereka melakukannya di kepulauan Marshall di pasifik. Sementara untuk koral, hanya koral hasil budi daya (fragging) yang diijinkan untuk diperdagangkan baik di dalam maupun di luar negeri/export. Pelaku budi daya atau farmer mendapat kuota pengambilan induk koral dari laut yang ditetapkan jumlah dan jangka waktu pengambilan.
6. Sekali lagi perllu ditekankan, bahwa perkembang biakan ikan hias laut di pesisir pantai cukup pesat jika kondisi pantai/air cukup terjaga. Demikian juga dengan pertumbuhan koral, walaupun tidak secepat ikan. Para pelaku hobi akuarium laut di berbagai penjuru dunia boleh menjadi saksinya. World Wide Coral dalam salah satu video YouTube nya menunjukan salah satu akuarium dengan panjang 5 m sudah disesaki koral dengan diameter antara 30-60 cm, 5 tahun sebelumnya ditanami frag berukuran 1 inch (2 cm). Selain itu banyak Youtuber merekam pertumbuhan koralnya dalam kurun waktu 24 bulan yang menunjukan pertumbuhannya jauh dari hanya 0,01 mm per tahun.
7. Terakhir, tendensi berkurangnya populasi biota laut faktor utamanya adalah perubahan iklim secara global dan pertumbuhan modernisasi masyarakat pesisir pantai. Pulau Bunaken tiap tahun mengalami degradasi pertumbuhan biota laut bukan karena di panen orang namun karena pesisir pantai sudah tercemar dengan tourisme dan sampah dari pantai Manado. Beberapa tahun lalu Great Barrier Reef di Australia hampir 40% koralnya mati (bleaching) karena pemanasan global.

Demikian pendapat saya setelah menggeluti dunia ikan hias dan koral selama lebih dari satu dekade dan mengikuti secara aktif perkembangan trading dan teknologi di berbagai belahan dunia. Kiranya rekan-rekan yang lebih berpengalaman dan mempunyai pemikiran lebih luas dapat menambahkan atau pun mengkritik tulisan saya ini.

Semoga bermanfaat bagi kita semua...Merdeka


Betul bung, kasus Great Barrier Reef di Australia itu emang karena cuaca.
Nah di Indonesia yg lagi ngetrend itu kan penemuan2 sampah2 plastik di lautan, nah itu dia yg bikin rusak ekosistem bawah laut, belum lagi pembuangan dari kapal2 besar dampaknya terhadap biota2 laut seperti kasus kapal pesiar Inggris yang terkait kasus di Raja Ampat.
Seperti meja yang dibelah, kawasan karang sepanjang 200 meter telah habis terhantam badan kapal. Kalau dibuat bentuk luasan maka kawasan karang yang rusak adalah sekitar 1 hektar lebih. Wow!
 

3nemos

New Member
Lanjutan..

Mungkin belum ada perkembangan tentang permasalahan yang ada, tetapi sebelum kita menuntut atau pun memohon adanya perkembangan yang baik mengenai permasalahan ini, apakah tidak sebaiknya kita semua menggunakan waktu atau kejadian ini menjadi kesempatan untuk introspeksi dan memperbaiki diri?

Kita? Siapa kita dalam hal ini?

Semua, semua kalangan yang bergerak dalam hobby ini, baik tergabung atau pun tidak tergabung dalam komunitas RF.
  1. Yang memperdagangkan koral atau pun peralatan pendukungnya, tanpa terkecuali pedagang lokal atau pun eksportir.
  2. Hobbyist pemula yang terus berusaha dalam hobby ini.
  3. Hobbyist Senior yang tidak aktif dalam komunitas
  4. Penonton atau Penggembira hobby ini.
Tidak perlu disebutkan satu per satu kesalahan tetapi mari kita melakukan introspeksi, perubahan sebelum kondisi semakin terpuruk. Lakukan kegiatan-kegiatan hobby yang tidak melawan hukum atau pun merusak lingkungan. Contohnya dengan tidak memelihara kerang kima, atau pun memelihara dengan tidak bertanggung jawab. Hentikan penyelundupan atau tidak mendukung perdagangan koral hasil selundupan.

Apa bila semua ini dilakukan, hobby akuarium air laut bisa sangat ramah lingkungan dan mempromosikan koral ke masyarakat umum agar koral dapat dikenal dan disayangi. Hobby ini menjadi crowd-research atau open source-research untuk mengenal dan lebih menguasai bagaimana mereproduksi koral untuk menjaga keberlangsungan koral di alam apa bila faktor lingkungan/alam menjadi masalah di habitatnya.

Kapan kita akan mulai?
paragraf terakhir menarik banget om Admin. Thread ini diposting 8 dec 2018, bagaimana selanjutnya?
 

3nemos

New Member
Moment ini juga menjadi pelajaran berharga bagi banyak pelaku Akuarium Air Laut, khususnya kita yang di Indonesia. Memang perlu diakui dengan jujur, selama ini kita tidak terlalu perduli dengan exploitasi ikan hias dan koral laut. Usaha pembiakan ikan hias laut secara profesional yang dilakukan orang Indonesia sendiri kurang sekali dilakukan, baik dalam skala penelitian maupun komersial. Begitu pun fragging koral belum banyak dilakukan di tingkat komersial, untung saja sudah banyak perorangan yang melakukannya.
Mentang-mentang sumber daya ikan dan koral kita sangat melimpah, betul betul sangat melimpah. Bahkan di sekitaran daerah saya banyak penduduk membangun rumahnya dengan dasar dari koral (hard).
Saya mengharapkan Kementerian Kelautan dan Kementerian Lingkungan Hidup mau menata kembali peraturan cara exploitasi ikan hias dan koral laut, khususnya bagi pelaku komersial. Karena sumber pertama komoditi ini bisa ada di pasaran berasal dari para pelaku komersial. Pelaku komersial selanjutnya memberikan arahan kepada para nelayan/pengumpul di lapangan.
Saya adalah pelaku komersial yang berdomisili di Sulawesi Utara, salah satu surganya sumber ikan hias dan koral. Pada akhir tahun 90an dengan tidak sengaja teman teman saya memindahkan habitat baru Banggai Cardinal (capungan) dari perairan Luwuk (Banggai) ke selat Lembeh, Bitung Sulawesi Utara. Sehingga saat ini Pteropogon Kauderni tersebut berkembang biak juga di selat Lembeh. Mereka membawa puluhan ribu ekor capungan dan terlepas dari penampungannya di selat Lembeh. 3-4 tahun kemudian koloni capungan di selat Lembeh berkembang berlipat ganda.
Begitu juga dengan teknologi coral fragging. Saya meneliti dari rekan rekan di luar negeri yang melakukan fragging, pertumbuhan koral mencapai 14 mm per bulan. Fragging dari ukuran 3 inch, 24 bulan kemudian mencapai diameter 14 inch.
Saya menulis ini untuk mengatakan bahwa SEBENARNYA perkembang biakan ikan hias laut dan koral laut sangat cepat jika kondisi air dan alamnya cukup ideal. Saya pernah membaca bahwa koral bertumbuh 0,01 mm per tahun, saya rasa sumbernya kurang dapat dipercaya. Koral adalah binatang, yaitu koral yang menjadi penghias akuarium air laut, sebagai binatang mereka mampu berkembang biak secara cepat. Bahkan sebagian besar koral dapat berkembang biak dengan pembelahan/cloning, selain dengan bertelur. Sebagian kecil saja dari tubuhnya diambil bisa tumbuh persis sama dengan induknya. Ini yang teman teman lakukan dengan cara fragging (fragmentasi koral). Koral bertelur setahun sekali selama bulan purnama.

Saya ingin usulkan kepada pihak penguasa dalam hal ini pemerintah untuk mengkaji ulang peraturan pelarangan exploitasi koral Indonesia dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Indonesia mempunyai keaneka ragaman koral yang notabene adalah binatang laut, terkaya dan terbanyak di dunia. Demikian pula berlaku untuk ikan hias air laut.
2. Komoditi koral sangat diminati di negara negara maju sebagai komponen utama akuarium laut, selain berfungsi untuk penghias juga berfungsi untuk rileksasi dan penghilang stress. Google membangun ruang rileksasi bagi programmer dan karyawannya dengan menghadirkan akuarium akuarium air laut yang besar di ruang peristirahan mereka. Para Psycholog setuju bahwa akuarium dapat menjadi terapi ampuh untuk menghilangkan stress, penyakit utama dunia saat ini.
3. Akuarium laut menjadi pilihan utama untuk memelihara hewan peliharaan di rumah dibandingkan hewan peliharaan lainnya. Karena dengan equiptment yang memadai akuarium dapat ditinggalkan berhari hari tanpa penjagaan. Hal ini berlaku terutam di masyarakat modern yang tinggal di apartemen.
4. Dengan regulasi dan pengawasan yang tepat, Indonesia akan tetap menjadi exportir ikan hias dan koral laut terbesar di dunia. Yang tentunya berimbas langsung pada income pengusaha dan masyarakat pesisir pantai.
5. Perlu adanya regulasi, pengawasan dan pembinaan untuk membudi dayakan ikan hias dan koral laut. Ora farm di USA sudah dapat membudi dayakan sekitar 120 species ikan hias laut. Mereka melakukannya di kepulauan Marshall di pasifik. Sementara untuk koral, hanya koral hasil budi daya (fragging) yang diijinkan untuk diperdagangkan baik di dalam maupun di luar negeri/export. Pelaku budi daya atau farmer mendapat kuota pengambilan induk koral dari laut yang ditetapkan jumlah dan jangka waktu pengambilan.
6. Sekali lagi perllu ditekankan, bahwa perkembang biakan ikan hias laut di pesisir pantai cukup pesat jika kondisi pantai/air cukup terjaga. Demikian juga dengan pertumbuhan koral, walaupun tidak secepat ikan. Para pelaku hobi akuarium laut di berbagai penjuru dunia boleh menjadi saksinya. World Wide Coral dalam salah satu video YouTube nya menunjukan salah satu akuarium dengan panjang 5 m sudah disesaki koral dengan diameter antara 30-60 cm, 5 tahun sebelumnya ditanami frag berukuran 1 inch (2 cm). Selain itu banyak Youtuber merekam pertumbuhan koralnya dalam kurun waktu 24 bulan yang menunjukan pertumbuhannya jauh dari hanya 0,01 mm per tahun.
7. Terakhir, tendensi berkurangnya populasi biota laut faktor utamanya adalah perubahan iklim secara global dan pertumbuhan modernisasi masyarakat pesisir pantai. Pulau Bunaken tiap tahun mengalami degradasi pertumbuhan biota laut bukan karena di panen orang namun karena pesisir pantai sudah tercemar dengan tourisme dan sampah dari pantai Manado. Beberapa tahun lalu Great Barrier Reef di Australia hampir 40% koralnya mati (bleaching) karena pemanasan global.

Demikian pendapat saya setelah menggeluti dunia ikan hias dan koral selama lebih dari satu dekade dan mengikuti secara aktif perkembangan trading dan teknologi di berbagai belahan dunia. Kiranya rekan-rekan yang lebih berpengalaman dan mempunyai pemikiran lebih luas dapat menambahkan atau pun mengkritik tulisan saya ini.

Semoga bermanfaat bagi kita semua...Merdeka
Terima kasih infonya, om. Harusnya sdh banyak biota2 hasil budidaya ya om
 

reef

Administrator
Staff member
Yang jadi permasalahan, banyak hobies yang tidak mau belajar dengan mencari ilmu di forum. Kasarnya like hunter di facebook

Akhirnya menjadi hobies yang tidak bertanggung jawab dengan mengorbankan biota.


Intinya be a responsible reefer itu susah jaman sekarang ini. Semua karena itu tadi, jempol hunter di facebook.

Saya sangat setuju dengan Pak Rheinhard. Di era media sosial dan banyak-nya pelaku follower/like/popularity hunter sangat besar pengorbanan yang dilakukan oleh teman-teman demi mencapai tujuannya tadi. Tapi apakah adil untuk
1. Alam kita?
2. Orang sekeliling kita?
3. Anak Cucu kita?
Apa bila apa yang kita lakukan demi mencapai tujuan kita mengorbankan apa yang juga menjadi hak mereka? Sangat tidak adil. Bila mau menjadi reefer, jadilah reefer sejati yang berjiwa besar dan mampu menjadi contoh bagi jutaan reefer lainnya. Akan jauh lebih banyak follower anda menjadi orang yang genuine, dari pada menjadi orang lain yang bukan diri anda.
 

reef

Administrator
Staff member
Moment ini juga menjadi pelajaran berharga bagi banyak pelaku Akuarium Air Laut, khususnya kita yang di Indonesia. Memang perlu diakui dengan jujur, selama ini kita tidak terlalu perduli dengan exploitasi ikan hias dan koral laut. Usaha pembiakan ikan hias laut secara profesional yang dilakukan orang Indonesia sendiri kurang sekali dilakukan, baik dalam skala penelitian maupun komersial. Begitu pun fragging koral belum banyak dilakukan di tingkat komersial, untung saja sudah banyak perorangan yang melakukannya.
Mentang-mentang sumber daya ikan dan koral kita sangat melimpah, betul betul sangat melimpah. Bahkan di sekitaran daerah saya banyak penduduk membangun rumahnya dengan dasar dari koral (hard).
Saya mengharapkan Kementerian Kelautan dan Kementerian Lingkungan Hidup mau menata kembali peraturan cara exploitasi ikan hias dan koral laut, khususnya bagi pelaku komersial. Karena sumber pertama komoditi ini bisa ada di pasaran berasal dari para pelaku komersial. Pelaku komersial selanjutnya memberikan arahan kepada para nelayan/pengumpul di lapangan.
Saya adalah pelaku komersial yang berdomisili di Sulawesi Utara, salah satu surganya sumber ikan hias dan koral. Pada akhir tahun 90an dengan tidak sengaja teman teman saya memindahkan habitat baru Banggai Cardinal (capungan) dari perairan Luwuk (Banggai) ke selat Lembeh, Bitung Sulawesi Utara. Sehingga saat ini Pteropogon Kauderni tersebut berkembang biak juga di selat Lembeh. Mereka membawa puluhan ribu ekor capungan dan terlepas dari penampungannya di selat Lembeh. 3-4 tahun kemudian koloni capungan di selat Lembeh berkembang berlipat ganda.
Begitu juga dengan teknologi coral fragging. Saya meneliti dari rekan rekan di luar negeri yang melakukan fragging, pertumbuhan koral mencapai 14 mm per bulan. Fragging dari ukuran 3 inch, 24 bulan kemudian mencapai diameter 14 inch.
Saya menulis ini untuk mengatakan bahwa SEBENARNYA perkembang biakan ikan hias laut dan koral laut sangat cepat jika kondisi air dan alamnya cukup ideal. Saya pernah membaca bahwa koral bertumbuh 0,01 mm per tahun, saya rasa sumbernya kurang dapat dipercaya. Koral adalah binatang, yaitu koral yang menjadi penghias akuarium air laut, sebagai binatang mereka mampu berkembang biak secara cepat. Bahkan sebagian besar koral dapat berkembang biak dengan pembelahan/cloning, selain dengan bertelur. Sebagian kecil saja dari tubuhnya diambil bisa tumbuh persis sama dengan induknya. Ini yang teman teman lakukan dengan cara fragging (fragmentasi koral). Koral bertelur setahun sekali selama bulan purnama.

Saya ingin usulkan kepada pihak penguasa dalam hal ini pemerintah untuk mengkaji ulang peraturan pelarangan exploitasi koral Indonesia dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Indonesia mempunyai keaneka ragaman koral yang notabene adalah binatang laut, terkaya dan terbanyak di dunia. Demikian pula berlaku untuk ikan hias air laut.
2. Komoditi koral sangat diminati di negara negara maju sebagai komponen utama akuarium laut, selain berfungsi untuk penghias juga berfungsi untuk rileksasi dan penghilang stress. Google membangun ruang rileksasi bagi programmer dan karyawannya dengan menghadirkan akuarium akuarium air laut yang besar di ruang peristirahan mereka. Para Psycholog setuju bahwa akuarium dapat menjadi terapi ampuh untuk menghilangkan stress, penyakit utama dunia saat ini.
3. Akuarium laut menjadi pilihan utama untuk memelihara hewan peliharaan di rumah dibandingkan hewan peliharaan lainnya. Karena dengan equiptment yang memadai akuarium dapat ditinggalkan berhari hari tanpa penjagaan. Hal ini berlaku terutam di masyarakat modern yang tinggal di apartemen.
4. Dengan regulasi dan pengawasan yang tepat, Indonesia akan tetap menjadi exportir ikan hias dan koral laut terbesar di dunia. Yang tentunya berimbas langsung pada income pengusaha dan masyarakat pesisir pantai.
5. Perlu adanya regulasi, pengawasan dan pembinaan untuk membudi dayakan ikan hias dan koral laut. Ora farm di USA sudah dapat membudi dayakan sekitar 120 species ikan hias laut. Mereka melakukannya di kepulauan Marshall di pasifik. Sementara untuk koral, hanya koral hasil budi daya (fragging) yang diijinkan untuk diperdagangkan baik di dalam maupun di luar negeri/export. Pelaku budi daya atau farmer mendapat kuota pengambilan induk koral dari laut yang ditetapkan jumlah dan jangka waktu pengambilan.
6. Sekali lagi perllu ditekankan, bahwa perkembang biakan ikan hias laut di pesisir pantai cukup pesat jika kondisi pantai/air cukup terjaga. Demikian juga dengan pertumbuhan koral, walaupun tidak secepat ikan. Para pelaku hobi akuarium laut di berbagai penjuru dunia boleh menjadi saksinya. World Wide Coral dalam salah satu video YouTube nya menunjukan salah satu akuarium dengan panjang 5 m sudah disesaki koral dengan diameter antara 30-60 cm, 5 tahun sebelumnya ditanami frag berukuran 1 inch (2 cm). Selain itu banyak Youtuber merekam pertumbuhan koralnya dalam kurun waktu 24 bulan yang menunjukan pertumbuhannya jauh dari hanya 0,01 mm per tahun.
7. Terakhir, tendensi berkurangnya populasi biota laut faktor utamanya adalah perubahan iklim secara global dan pertumbuhan modernisasi masyarakat pesisir pantai. Pulau Bunaken tiap tahun mengalami degradasi pertumbuhan biota laut bukan karena di panen orang namun karena pesisir pantai sudah tercemar dengan tourisme dan sampah dari pantai Manado. Beberapa tahun lalu Great Barrier Reef di Australia hampir 40% koralnya mati (bleaching) karena pemanasan global.

Demikian pendapat saya setelah menggeluti dunia ikan hias dan koral selama lebih dari satu dekade dan mengikuti secara aktif perkembangan trading dan teknologi di berbagai belahan dunia. Kiranya rekan-rekan yang lebih berpengalaman dan mempunyai pemikiran lebih luas dapat menambahkan atau pun mengkritik tulisan saya ini.

Semoga bermanfaat bagi kita semua...Merdeka

Saya sangat setuju Pak Cliff bahwa koral dapat bertumbuh jauh lebih cepat dari 0.01 mm. Banyak koral yang bisa bertumbuh hingga 20cm per tahun, hanya diperlukan kondisi yang ideal untuk koral-koral ini.

Koral sudah ada di Bumi kita jauh dari sebelum Manusia ada, diperkirakan sejak 400 juta tahun yang lalu. Selama kita menjaga ekosistem laut koral akan terus ada, tetapi bukan berarti kita Hobbyist bisa menyia-nyiakan koral. Kita harus lebih bertanggung jawab dan bantu melindungi koral.
 

reef

Administrator
Staff member
Cerita Susi yang Larang Ekspor Koral, hingga Dipanggil Ombudsman
Rabu, 11 September 2019
5d7734ba99d76.jpg




Penulis: Fika Nurul Ulya
| Editor: Bambang Priyo Jatmiko
JAKARTA, KOMPAS.com
- Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti menceritakan alasannya memberhentikan ekspor koral. Cerita ini dia bagikan dalam acara penandatanganan MoU dengan BNPT dan LIPI di Jakarta, Selasa (10/9/2019).
Susi bercerita, alasannya melarang ekspor koral karena saat ini 65 persen koral Indonesia sudah rusak, dan hanya berkisar 35 persen yang masih bagus dan utuh. Apalagi, Indonesia adalah satu-satunya negara yang masih ekspor koral pada saat itu.

"Dan sekarang kami tidak mengeluarkan lagi sertifikat untuk eskpor (koral). Karena Indonesia menjadi satu-satunya negara yang masih ekspor koral," kata Susi Pudjiastuti di Jakarta, Selasa (10/9/2019).

Akibat larangan itu, dia banyak mendapat komplain dari berbagai pihak. Dia pun juga dipanggil ombudsman untuk mendiskusikan masalah ini. Teguh dengan pendiriannya, Susi tetap tidak mengizinkan RI mengekspor koralnya lagi.

"Banyak yang komplain Ombudsman pun memanggil kita (KKP). Tetap saya tidak bergeming, saya tidak mau keluarkan koral. Karena tidak diambil pun itu sudah banyak yang rusak," jelas dia.

Dia juga menyayangkan langkah sebagian pihak yang mengizinkan penggunaan bom ikan untuk mengambil koral-koral tersebut. Padahal kata dia, bom yang dipakai untuk merusak karang sama dengan bom pada umumnya.

"Bom yang dipakai merusak karang itu sama dengan bom yang dipakai bom dinamit, mesiunya itu, Pak. Kenapa perdagangan itu (bom) diperbolehkan? Tidak habis mengerti saya. Kenapa bom ikan boleh diperjualbelikan?," tanya Susi.
Dia pun meminta bantuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan pihak keamanan untuk mengawal hal ini. Apalagi sepanjang dia menjabat menjadi menteri, hanya sekali importir bubuk mesiu yang tertangkap.

"Sekali ketangkap 57 ton. Suami istri bawa 1.200 detonator ditangkap juga, dan itu hilang begitu saja setelah diberitakan. Apa cuma sekali itu dalam 5 tahun? Impossible," ungkapnya.

"Di sinilah kita yang kadang-kadang dont care, kita tidak peduli. Di sinilah radikalisme, kerusakan, kebejatan, kriminalitas meningkat karena kita tidak peduli," pungkas dia.

©2019 PT. Kompas Cyber Media
 

reef

Administrator
Staff member
Sangat disayangkan seorang Menteri Ibu Susi Pudjiastuti menyampaikan informasi yang tidak benar kepada publik dan diliput oleh Kompas.

1. Mengambil koral menggunakan bom, apa bisa koral diambil menggunakan bom dalam bentuk hidup untuk diperlihara di akuarium atau pun untuk riset?
Mengambil koral dilakukan dengan sangat berhati-hati supaya tidak ada luka dan tidak merusak lingkungan. Pengambilan koral dilakukan dengan kaedah konservasi sehingga bisa dilakukan secara lestari.

2. Bahwa hanya Indonesia peng-ekspor koral satu-satunya?
Saat ini Australia menjadi peng-ekspor koral terbesar di dunia dan bahkan PM Australia turut mengunjungi usaha ekspor koral dan mendukung perdagangannya. Di Indonesia ironisnya justru malah ditutup oleh Ibu Susi Pudjiastuti. Pada saat Indonesia ditutup, sayangnya Malaysia malah membuka perdagangan koral dan rumornya merupakan koral Indonesia yang diselundupkan ke Malaysia untuk diekspor. Selain Australia, Malaysia, masih banyak negara lain yang ekspor koral seperti Fiji, Tonga, Vanuatu, Singapura, Vietnam.
 
Last edited:

denkur92

New Member
Kalau negara pengekspor koral lainnya, sebagian besar hasil tangkapan juga kah? Atau hasil budidaya?
Btw di Indonesia ada ga sih yang membudidayakan koral?
 

reef

Administrator
Staff member
Kalau negara pengekspor koral lainnya, sebagian besar hasil tangkapan juga kah? Atau hasil budidaya?
Btw di Indonesia ada ga sih yang membudidayakan koral?

Seluruh eksportir koral dari negala lain hanya menawarkan hasil tangkapan saja.

Pada saat ini Indonesia masih satu-satunya di dunia yang membudidayakan koral dan menawarkan produk budidaya untuk di ekspor.
 

Members online

No members online now.

Poll

  • Koral saja

    Votes: 0 0.0%
  • Ikan saja

    Votes: 0 0.0%
  • Koral + Ikan

    Votes: 8 100.0%

Forum statistics

Threads
7,150
Messages
197,230
Members
10,579
Latest member
rachmatmhuda
Top