Masuk pembahasan
Sebelum bahas panjang lebar, kita mulainya dengan mengenali satu persatu bahan-bahan dasar untuk set up plumbing di tank teman- teman.
Untuk mengalirkan air dari maintank ke sump tentunya di butuhkan "alat", dimana "alat" tersebut wajib memiliki kualitas bagus.
1. Bulk Head
Ini merupakan tools favourite saya. Jangan pernah menggunakan bulkhead untuk tandon air tawar - jika sudah lama karet nya akan getas dan juga plastiknya. Gunakan bulkhead berkualitas, bisa import ataupun yang lokal.
Pict source : google
2. Uniseal
Salah satu tools favourite saya juga. Kelemahannya agak ribet memasukkan pipa ke slip nya. Bisa menggunakan sabun, shampoo atau minyak untuk memasukkan pipa le slipnya. Pipa ya, jangan anu sampeyan...wkwkkwkw.
Selain itu, pada saat ngebor kaca, pastikan diameternya hanya selisih 1mm saja pada bagian dalam uniseal tersebut, jika lebih bisa di pastikan bocor. Kalau bocor bisa hamil, eh...banjir air asin...hahhaha.
Pict source : google
3. Sambungan Pipa Sok drat luar dan sok drat dalam
Jika dana terbatas (maaf), bisa menggunakan sambungan pipa sok drat dalam dan luar dengan di lapisi sealant masing - masing sisinya. Pastikan saat ngebor kaca, lubangnya sama persis dengan sok drat luar untuk mencegah kebocoran. Lagipula lubang yg seret lebih enak kan? Hhhaallaahh...jadi ngelantur...wkwkkkkw
Pict source : google
4. Water mur
Dalam menyambung pipa, sebaiknya tiap bagian gunakan water mur. Tujuan penggunaan water mur ini untuk memudahkan teman-teman jika ingin bersih-bersih sump ataupun jika ada "error" tidak perlu memotong pipa. Sebaiknya gunakan merek Rucika atau Onda. Selain kedua merek tersebut kualitasnya kurang bagus dan biasanya water mur akan susah di buka (putar)
Pict source : google
5. Ball valve - Union ball valve
Untuk mengatur air turun dari MT ke sump atau naik dari sump ke MT, biasakan untuk menggunakan ball balve atau union ball valve. Perbedaan dari masing - masing adalah :
》. Ball valve : tanpa pemutar di ujungnya
》. Union ball valve : dengan pemutar di ujungnya
*Pemutar nya mirip dengan water mur
Kelebihan union ball valve adalah jika ada keadaan darurat di tank system, lebih mudah untuk di buka. Kekurangannya adalah harga yang lumayan agak mahal.
Pict source : google
Lanjut ke tahap pemilihan pipa output dan input
Pemilihan diameter pipa untuk output dan input sangat penting dan juga bergantung pada :
1. Dimensi aquarium + sump.
2. Kapasitas return pump.
3. Jumlah reactor yang di gunakan.
4. Jenis filtrasi yang di gunakan
Saya pribadi penyuka water movement yang besar. Jadi pipa out dan in pasti akan selalu besar.
Pembagian simple nya sbb :
》. Nano tank : out 1" - in 1/2 : return pump 4.000lph - 6.000lph
》. Medium tank : out 1.5" - in 1" : return pump 6.000lph - 12.000lph
》. Large tank : out 2" - in 1" : return pump : 12.000lph - 20.000lph
Tiap tank yang saya bangun pasti akan menggunakan 2 output dan 2 input dengan tujuan jika ada yang fail masih aman dari air meluap.
Jika menggunakan banyak reactor, biasanya output dari MT akan saya buat 3 lubang. 2 lubang ke sump dan 1 lubang akan saya bagi ke reactor (biasanya ke biopellet dan rowaphos)
Pertanyaannya : kenapa saya tidak menggunakan pompa ke reactor?
Jawabannya : karena saya tidak suka banyak pompa di sump. Kenapa? Karena akan boros listrik, air jadi lebih panas dan kabel-kabel berseliweran kemana-mana.
Karena plumbing berhubungan dengan sump, sekalian bahas sump secara singkat.
Tidak ada patokan sump dengan sistem filtrasinya yang wajib diikuti 100%. Dalam membangun sump harap di sesuaikan dengan kemampuan teman - teman dalam pemilihan equipmentnya.
Saya penggemar sump simple tanpa banyak chamber, paling banyak saya gunakan hanya 2 chamber saja.
Berkaitan dengan plumbing set up, perlu di perhitungkan juga debit air yang mengalir ke sump apabila terjadi listrik padam. Simplenya begini : ukuran tinggi sump 40cm dengan water level 20cm. Kenapa? Pada saat litrik padam, masih ada space 19cm untuk menampung air yang turun dari MT. Ukuran tersebut sudah yang paling ideal menurut pengalaman saya, dengan catatan dimensi sump minimal 70% dari dimensi MT.
Perlu diingat juga, jangan membuat chamber return pump terlalu kecil atau bahkan pas-pasan buat ukuran pompa saja. Pada saat listrik padam, chamber yang paling pertama penuh di sump adalah chamber return pump.
Berikut contoh plumbing yang saya buat :
Semoga artikel ini bermanfaat buat teman-teman and feel free to ask..hehehe
Salam air asin
Rheinhard
Sebelum bahas panjang lebar, kita mulainya dengan mengenali satu persatu bahan-bahan dasar untuk set up plumbing di tank teman- teman.
Untuk mengalirkan air dari maintank ke sump tentunya di butuhkan "alat", dimana "alat" tersebut wajib memiliki kualitas bagus.
1. Bulk Head
Ini merupakan tools favourite saya. Jangan pernah menggunakan bulkhead untuk tandon air tawar - jika sudah lama karet nya akan getas dan juga plastiknya. Gunakan bulkhead berkualitas, bisa import ataupun yang lokal.
Pict source : google
2. Uniseal
Salah satu tools favourite saya juga. Kelemahannya agak ribet memasukkan pipa ke slip nya. Bisa menggunakan sabun, shampoo atau minyak untuk memasukkan pipa le slipnya. Pipa ya, jangan anu sampeyan...wkwkkwkw.
Selain itu, pada saat ngebor kaca, pastikan diameternya hanya selisih 1mm saja pada bagian dalam uniseal tersebut, jika lebih bisa di pastikan bocor. Kalau bocor bisa hamil, eh...banjir air asin...hahhaha.
Pict source : google
3. Sambungan Pipa Sok drat luar dan sok drat dalam
Jika dana terbatas (maaf), bisa menggunakan sambungan pipa sok drat dalam dan luar dengan di lapisi sealant masing - masing sisinya. Pastikan saat ngebor kaca, lubangnya sama persis dengan sok drat luar untuk mencegah kebocoran. Lagipula lubang yg seret lebih enak kan? Hhhaallaahh...jadi ngelantur...wkwkkkkw
Pict source : google
4. Water mur
Dalam menyambung pipa, sebaiknya tiap bagian gunakan water mur. Tujuan penggunaan water mur ini untuk memudahkan teman-teman jika ingin bersih-bersih sump ataupun jika ada "error" tidak perlu memotong pipa. Sebaiknya gunakan merek Rucika atau Onda. Selain kedua merek tersebut kualitasnya kurang bagus dan biasanya water mur akan susah di buka (putar)
Pict source : google
5. Ball valve - Union ball valve
Untuk mengatur air turun dari MT ke sump atau naik dari sump ke MT, biasakan untuk menggunakan ball balve atau union ball valve. Perbedaan dari masing - masing adalah :
》. Ball valve : tanpa pemutar di ujungnya
》. Union ball valve : dengan pemutar di ujungnya
*Pemutar nya mirip dengan water mur
Kelebihan union ball valve adalah jika ada keadaan darurat di tank system, lebih mudah untuk di buka. Kekurangannya adalah harga yang lumayan agak mahal.
Pict source : google
Lanjut ke tahap pemilihan pipa output dan input
Pemilihan diameter pipa untuk output dan input sangat penting dan juga bergantung pada :
1. Dimensi aquarium + sump.
2. Kapasitas return pump.
3. Jumlah reactor yang di gunakan.
4. Jenis filtrasi yang di gunakan
Saya pribadi penyuka water movement yang besar. Jadi pipa out dan in pasti akan selalu besar.
Pembagian simple nya sbb :
》. Nano tank : out 1" - in 1/2 : return pump 4.000lph - 6.000lph
》. Medium tank : out 1.5" - in 1" : return pump 6.000lph - 12.000lph
》. Large tank : out 2" - in 1" : return pump : 12.000lph - 20.000lph
Tiap tank yang saya bangun pasti akan menggunakan 2 output dan 2 input dengan tujuan jika ada yang fail masih aman dari air meluap.
Jika menggunakan banyak reactor, biasanya output dari MT akan saya buat 3 lubang. 2 lubang ke sump dan 1 lubang akan saya bagi ke reactor (biasanya ke biopellet dan rowaphos)
Pertanyaannya : kenapa saya tidak menggunakan pompa ke reactor?
Jawabannya : karena saya tidak suka banyak pompa di sump. Kenapa? Karena akan boros listrik, air jadi lebih panas dan kabel-kabel berseliweran kemana-mana.
Karena plumbing berhubungan dengan sump, sekalian bahas sump secara singkat.
Tidak ada patokan sump dengan sistem filtrasinya yang wajib diikuti 100%. Dalam membangun sump harap di sesuaikan dengan kemampuan teman - teman dalam pemilihan equipmentnya.
Saya penggemar sump simple tanpa banyak chamber, paling banyak saya gunakan hanya 2 chamber saja.
Berkaitan dengan plumbing set up, perlu di perhitungkan juga debit air yang mengalir ke sump apabila terjadi listrik padam. Simplenya begini : ukuran tinggi sump 40cm dengan water level 20cm. Kenapa? Pada saat litrik padam, masih ada space 19cm untuk menampung air yang turun dari MT. Ukuran tersebut sudah yang paling ideal menurut pengalaman saya, dengan catatan dimensi sump minimal 70% dari dimensi MT.
Perlu diingat juga, jangan membuat chamber return pump terlalu kecil atau bahkan pas-pasan buat ukuran pompa saja. Pada saat listrik padam, chamber yang paling pertama penuh di sump adalah chamber return pump.
Berikut contoh plumbing yang saya buat :
Semoga artikel ini bermanfaat buat teman-teman and feel free to ask..hehehe
Salam air asin
Rheinhard